Sinergisitas 5 Faktor dalam Pembentukan Karakter Remaja di Era Digital

Categories:

Oleh: Marsela Yulita, S.Pd., M.Sos. – Wakil Kepala Sekolah Kesiswaan SMA Gembala Baik Pontianak dan Guru Sosiologi

Siswa SMA termasuk dalam fase remaja yang sedang berproses dalam pembentukan karakter. Secara psikologis, usia remaja termasuk dalam fase akhir perkembangan remaja awal dan fase awal perkembangan remaja akhir. Menurut Mappiare (1982) masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai 21 tahun untuk perempuan dan 13 tahun sampai 22 tahun untuk laki-laki. Rentang usia remaja dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 atau 13 tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun disebut remaja awal, dan usia 17 atau 18 tahun sampai dengan 21 atau 22 tahun adalah remaja akhir.

Pada era digital seperti sekarang ini, pada kisaran usia remaja SMA ada lima faktor dominan yang membentuk karakter siswa antara lain: pendampingan dan pengawasan orang tua, pendidikan dan pembinaan guru di sekolah, pengaruh teman sebaya, media sosial, dan kecerdasan sosial remaja itu sendiri. Kelimanya memiliki sumbangsih yang besar bagi pembentukan karakter siswa SMA yang bertanggung jawab. Sinergisitas peran dan fungsi kelimanya akan membangun masa depan remaja SMA yang gemilang dan cemerlang. Artikel ini bertujuan menggugah kesadaran remaja, orang tua dan guru, betapa penting dan menantang bagi pembangunan karakter remaja di era digital sekarang ini.

Karakter Tanggungjawab, adalah pelaksanaan tugas dan kewajiban yang dilakukan oleh seseorang secara sadar yang menunjukkan sikap dan perilaku yang baik. Karakter bertanggung jawab adalah pilar penting untuk membangun dan mengembangkan diri remaja SMA. Bentuk tanggungjawab ada bermacam-macam seperti sadar sebagai pelajar seharusnya memelihara dan memupuk semangat belajar, mengembangkan diri pada hal-hal positif, mampu mengendalikan diri terhadap pengaruh negatif lingkungan dan media sosial, memelihara etika dan sikap moral yang baik.

Orang Tua. Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan tumbuh kembang anak. Memenuhi kebutuhan anak akan makanan yang bergizi dan sehat, menanamkan nilai agama dan moral dalam kehidupan, mendampingi dan mengawasi perkembangan anak terhadap pengaruhi negatif dari internet, media sosial dan teknologi komunikasi zaman modern. Betapa pentingnya pendidikan dan pendampingan orang tua bagi tumbuh kembang remaja, maka benar seperti yang dikatakan Kihajar Dewantara, bahwa “rumah dapat menjadi sekolah bagi semua orang”. Pembentukan karakter mulai dari rumah, sampai seorang anak bisa mandiri dan memiliki karakter yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri, sesama dan lingkungan kehidupannya.

Guru. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Para guru menjadi tenaga profesional yang mampu menyelenggarakan pembelajaran yang bermutu, yang dapat menghasilkan generasi yang bertanggung jawab, terdidik, generasi yang mampu bersaing secara global dan memiliki moral yang baik (Murniarti, 2021). Pendidikan yang diberikan diharapkan mampu mengubah paradigma dan mendorong para remaja SMA untuk aktif, kreatif, inovatif, transformatif dan arif dalam membangun pola pikir dan sikap yang konstruktif di hadapan berbagai tawaran kenikmatan, kenyamanan dan keluasan pengaruh media sosial dan kemajuan teknologi komunikasi.

Teman Sebaya. Teman sebaya remaja mempunyai sumbangsih yang sangat krusial dalam pembentukan karakter tanggung jawab remaja. Kehadiran teman sebaya senantiasa memancarkan banyak energi untuk terlibat berperan, menahan diri atau menarik diri dari suatu sikap dan perilaku tertentu. Kematangan remaja pada usia ini masih labil, maka rentan terjebak dalam solidaritas atau kesatuan demi teman sepermainan, pada sebuah sikap yang keliru atau salah. Akibatnya anak remaja SMA jatuh ke dalam perilaku menyimpang yang menghambat dinamika perkembangan tanggung jawab remaja SMA, baik terhadap diri, sesama maupun terhadap lingkungan di sekitarnya.

Media Sosial. Perkembangan media sosial begitu pesat. Media sosial menjadi salah satu dari kemajuan teknologi yang sulit dibendung. Akses internet yang begitu mudah menjadi bagian yang krusial dalam membangun karakter tanggung jawab seorang remaja. Sangat mudah dijumpai di sekitar kita, anak-anak tahan berjam-jam di depan internet dan media sosial, kurang bergerak, sosialisasi yang minim, kesehatan menurun, kepekaan sosial berjalan melambat. Semua fenomena ini patut dicurigai, sebagai sumbangan besar dari pengaruh buruk media sosial dan internet terhadap perkembangan remaja dewasa ini. Media sosial tentu tidak buruk, tetapi mengandaikan remaja memiliki kecakapan dalam menggunakan internet dan media sosial. Internet dan media sosial memiliki banyak pengaruh positif, misalnya memudahkan komunikasi dan informasi, meningkatkan kreativitas dan daya cipta, membuka kesempatan berpartisipasi dalam berbagai organisasi dan kegiatan kemanusiaan, share kebaikan bisa berlangsung cepat, hemat dan efektif.

Atas dasar itu anak dan orang tua, perlu duduk dan sepakat bersama demi kebaikan anak, agar remaja tetap aman di media sosial, yakni (1) tegas menerapkan aturan bagi remaja dalam menggunakan twitterfacebook, dan Instagram, yakni mencapai usia minimal 13 tahun dengan pengawasan dan keterbukaan anak remaja terhadap maksud bimbingan orang tua. (2) Orang tua dan keluarga serius memperhatikan aktivitas anak remajanya di media sosial. Orang tua dan keluarga perlu belajar agar bisa atau cakap menggunakan media sosial. (3) Membatasi waktu bermain handphone atau laptop dan komputer, terutama pada jam tidur malam, atau aktivitas penting lainnya perlu ditegakan mulai dari rumah. Penempatan komputer, laptop juga perlu agar mudah terkontrol dan diawasi pemanfaatannya. (4) Pengaturan privasi dan pengawasan khusus. Anak remaja belajar terbuka dan jujur. Kalau perlu orang tua perlu terlibat mengatur fitur privasi anak untuk tujuan baik dan melindungi remaja dari hal-hal negatif dan pencurian identitas yang rawan digunakan untuk modus kejahatan. (5) Terakhir adalah kesaksian dan contoh teladan yang baik dari orang tua bagi remaja. Sangatlah tepat pepatah yang mengatakan bahwa “Perbuatan lebih berkata banyak dari pada kata-kata”. Kebaikan dan teladan orang tua menjadi lentera bagi anak tentang bagaimana bersikap arif dan bijaksana dalam menggunakan media sosial.

Kecerdasan Sosial Remaja. Kecerdasan sosial meliputi aspek social sensitivitysocial insight dan social communication (Nasehudin, 2016). Seseorang yang memiliki kecerdasan sosial yang tinggi, tidak akan mengalami kesulitan saat berinteraksi dengan seseorang atau kelompok sosial, baik kelompok kecil maupun kelompok besar. Ia dapat memanfaatkan dan menggunakan kemampuan akal budi dan bahasa tubuhnya untuk “membaca” teman bicaranya dan dengan kecerdasannya mampu memahami, mengelola dan berinteraksi dengan orang lain. (Murhima, 2017) Pada abad 21 teknologi menjadi suatu media yang sangat konvensional di dunia, terutama kemajuan internet yang begitu pesat yang menghubungkan komputer di seluruh dunia dengan informasi dan banyak hal yang dapat dikomunikasikan. Kemajuan teknologi ini telah mengubah peradaban dan tatanan hidup bersama, baik dalam segi pembelajaran, interaksi, dan perilaku. Generasi Generasi Y (1977-1994), Z (1995-2010), dan Alpha (2011-2025), telah mengalami dan akan banyak mengalami pengaruh positif dan dan dampak negatif dari pengaruh kemajuan teknologi dan komunikasi terhadap pembentukan karakter.

Kemajuan teknologi sangat berpengaruh pada pembentukan karakter siswa. Sejatinya remaja masih memerlukan bimbingan dan pengawasan demi tujuan positif. Sebab karakter remaja juga bisa terbentuk ketika ia berlebihan dalam menggunakan teknologi, termasuk gadget. Banyak pengaruh negatif dari kemajuan teknologi ini yang merusak perkembangan moral atau karakter siswa bahkan karakter bangsa. Dalam pengoptimalan potensi karakter seorang anak, maka mutlak perlu sinergitas peran dan fungsi orang tua, guru, pengampu/pengambil kebijakan publik tentang penggunaan teknologi komunikasi dan media sosial. Selain itu satu hal yang perlu remaja itu sendiri yakni keterbukaan dan kecerdasan, supaya bisa menjalankan sensor secara mandiri terhadap perilaku buruk teman sebaya dan pengaruh buruk alat komunikasi dan media sosial. Usaha-usaha ini bukan untuk mengekang remaja, atau menghalangi hal baik yang hidup dan berkembang pada diri remaja, tetapi merupakan suatu fondasi agar remaja tetap di jalan yang tepat dalam membangun karakter diri yang bertanggung jawab untuk mencapai masa depan yang cerah.

Artikel ini telah dimuat pada koran Pontianak Post Edisi 9 Januari 2023

Photo by Karolina Grabowska